Beranda | Artikel
Dua Kebahagiaan Orang yang Berpuasa Syaikh Muhammad al-Mayuf #NasehatUlama
Senin, 5 Desember 2022

Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan
kebahagiaan yang didapatkan oleh orang yang berpuasa dari puasanya.
Beliau bersabda, “Bagi orang yang berpuasa dua kebahagiaan, …”

Semua amal saleh itu—wahai Saudara-Saudara—adalah sumber kebahagiaan,
serta sumber ketenangan dan ketentraman.
Berzikir kepada Allah adalah sumber terbesarnya.

“(Yaitu) orang-orang beriman dan hati mereka tentram dengan mengingat Allah.” (QS. Ar-Ra’d: 28)
Membaca al-Quran juga sumber terbesarnya.

“Katakanlah: Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira,
itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.” (QS. Yunus: 58).

Demikian juga zikir, tasbih, dan tahlil
merupakan sebab-sebab terbesar datangnya ketentraman, ketenangan, kebahagiaan, suka cita, dan kesenangan.

Ini balasan di dunia.
Adapun balasan di akhirat,
maka tidak ada yang mampu mengukurnya kecuali Allah ‘Azza wa Jalla.

Nabi menyebutkan kebahagiaan pertama (bagi orang berpuasa) di dunia; yaitu saat berbuka, ia akan gembira.
Hal ini karena saat manusia menahan diri dari makan dan minum
sepanjang siangnya, padahal ia membutuhkannya,

maka ketika datang waktu berbuka, ia akan merasa bahagia, ia makan dan minum,
dan mendapati nikmatnya makanan dan minuman.

Sedangkan kebahagian kedua yang lebih besar dan agung
adalah kebahagiaan yang ditunggu-tunggu manusia
di hari ketika ia datang menghadap Tuhannya,

di hari ketika tidak berguna lagi harta dan anak keturunannya,
di hari ketika seseorang tidak dapat membela orang lain sedikit pun,
dan di hari ketika seseorang tidak mampu menolong orang lain sedikit pun.

Di hari itu, manusia tidak mendapati kecuali balasan atas amal yang ia lakukan di dunia.
Orang berpuasa itu akan bahagia karena pertemuan dengan Tuhannya.

Betapa bahagianya ia,
dan betapa besar karunia yang Allah berikan kepadanya,
ketika ia berjumpa dengan Allah ‘Azza wa Jalla dengan amal-amal saleh itu.

Saat ia berjumpa dengan Tuhannya, ia lantas berbahagia.
Berbahagia karena apa? Karena puasanya,
dan karena amalan-amalannya yang dulu ia lakukan di dunia.

====

ثُمَّ يُبَيِّنُ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

الْفَرْحَةَ الَّتِي يَجِدُهَا الصَّائِمُ مِنْ صِيَامِهِ

فَيَقُولُ لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ

وَالْأَعْمَالُ الصَّالِحَةُ يَا إِخْوَانِي كُلُّهَا مَصْدَرٌ لِلْفَرَحِ

وَمَصْدَرٌ لِلرَّاحَةِ وَالطُّمَأْنِينَةِ

فَذِكْرُ اللهِ أَعْظَمُ مَصْدَرٍ

الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللهِ

وَتِلَاوَةُ الْقُرْآنِ أَعْظَمُ مَصْدَرٍ

قُل بِفَضْلِ اللهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَلِكَ فَلْيَفْرَحُوا

هُوَ خَيْرٌ مِمَّا يَجْمَعُونَ

وَذِكْرُ اللهِ وَالتَّسْبِيحُ وَالتَّهْلِيلُ أَيْضًا

هِيَ مِنْ أَعْظَمِ أَسْبَابِ الرَّوحِ وَالرَّاحَةِ وَالْفَرَحِ وَالْبَهْجَةِ وَالسُّرُورِ

هَذَا فِي الدُّنْيَا

وَأَمَّا الْأَجْرُ فِي الْآخِرَةِ

فَلَا يَقْدُرُهُ إِلَّا اللهُ عَزَّ وَجَلَّ

ذَكَرَ الْفَرْحَةَ الْأُولَى فِي الدُّنْيَا إِذَا أَفْطَرَ فَرِحَ

وَذَلِكَ أَنَّ الْإِنْسَانَ إِذَا امْتَنَعَ عَنِ الطَّعَامِ وَالشَّرَابِ

طِيلَةَ نَهَارِهِ يَحْتَاجُ إِلَيْهِ

فَإِذَا جَاءَ وَقْتُهُ فَرِحَ بِهِ فَأَكَلَ وَشَرِبَ

وَوَجَدَ لَذَّةَ الطَّعَامِ وَالشَّرَابِ

وَالْفَرْحَةُ الثَّانِيَةُ الْكُبْرَى وَالْعُظْمَى

هِي الْفَرْحَةُ الَّتِي تَنْتَظِرُ الْإِنْسَانُ

يَوْمَ يَقْدُمُ الْإِنْسَانُ عَلَى رَبِّهِ

يَوْمَ لَا يَنْفَعُهُ مَالُهُ وَلَا بَنُوْهُ

يَوْمَ لَا تَجْزِيْ نَفْسٌ عَنْ نَفْسٍ شَيْئًا

يَوْمَ لَا تَمْلِكُ نَفْسٌ لِنَفْسٍ شَيْئًا

فَلَا يَجِدُ الْإِنْسَانُ إِلَّا ثَوَابَ أَعْمَالِهِ الَّتِي كَانَ يَعْمَلُهَا فِي الدُّنْيَا

يَفْرَحُ بِلِقَاءِ رَبِّهِ

مَا أَسْعَدَهُ

وَأَعْظَمَ فَضْلَ رَبِّهِ عَلَيْهِ

إِذَا هُوَ لَقِيَ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ بِهَذِهِ الْأَعْمَالِ الصَّالِحَةِ

إِذَا لَقِيَ رَبَّهُ فَرِحَ

فَرِحَ بِمَاذَا؟ فَرِحَ بِصِيَامِهِ

وَبِأَعْمَالِهِ الَّتِي كَانَ يَعْمَلُهَا يَوْمَ كَانَ فِي الدُّنْيَا


Artikel asli: https://nasehat.net/dua-kebahagiaan-orang-yang-berpuasa-syaikh-muhammad-al-mayuf-nasehatulama/